JAKARTA – Ancaman terorisme di Indonesia selama 2023 menunjukkan kecenderungan menurun, seperti terlihat dalam laporan GTI (Global Terorism Index) 2024. Selama 2023, jumlah penangkapan teroris menurun dan tidak terjadi serangan teroris (zero attack).
“Pemerintah Indonesia menyambut baik pembubaran kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) meski ke depan harus tetap waspada terhadap kemungkinan tindakan teror yang dilakukan mantan anggotanya yang masih menganut ideologi ekstrim,” ungkap Deputi Bidang Kerjasama Internasional, Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT), Andhika Chrisnayudhanto, pada pertemuan Joint Working Group (JWG) Kerja Sama Penanggulangan Terorisme ke-6 Indonesia-India, Jumat (23/8/2024).
Pertemuan bileteral RI-India yang dihadiri oleh para pejabat kedua negara yang menangani isu terorisme membahas serangkaian isu, antara lain ancaman terorisme global dan regional, dan tantangan isu pembiayaan terorisme dalam kaitannya dengan narkoba.
Selain itu, penyalahgunaan internet untuk tindak terorisme, serta kerja sama bilateral penanggulangan terorisme di bidang pertukaran informasi dan capacity building, utamanya dalam kemampuan dalam penindakan terorisme (law enforcement).
Pertemuan tersebut juga menyepakati untuk mengukuhkan kerja sama antara kedua negara yang sudah berjalan selama ini dalam bentuk MoU (memoradum of understanding) di bidang penanggulangan terorisme.
Saat dimintai tanggapannya mengenai pertemuan itu, Dr. Darmansjah Djumala, anggota Kelompok Ahli BNPT Bidang Kerjasama Internasional, menyampaikan apresiasinya atas kinerja BNPT selama 2023 yang mencatat tidak adanya tindakan kekerasan terorisme hingga pada level zero terrorist attack.
Selain meningkatnya kemampuan aparat keamanan dalam penindakan, dia menilai kinerja tersebut juga karena terpadunya strategi kebijakan penanggulangan terorisme.
Menurut pandangan Dr. Djumala, yang pernah menjabat Dubes Indonesia untuk Austria dan PBB, terpadunya kebijakan penanggulangan terorisme yang dimulai dari hulu (preventive) hingga hilir (law enforcemenet) membuat penanganan isu terorisme di dalam negeri lebih efektif.
“Mengingat virus terorisme sekarang juga menjangkiti wanita dan anak-anak, pelibatan berbagai stakeholders dipercaya sebagai cara yang efektif untuk pencegahan meluasnya basis pelaku terorisme,” ujarnya.
Dia mengatakan, hal lain yang juga tidak kalah pentingnya adalah kerja sama internasional, baik pada tataran bilateral, regional maupun global.
Di tataran regional, berdasarkan GTI 2024, terorisme di kawasan Timur Tengah, Afrika Utara dan Asia Selatan menunjukkan tren meningkat selama 2023.
Di India terdeteksi adanya tindak terorisme yang dilakukan oknum Islam radikal dari Bangladesh yang ditengarai mempunyai jaringan dengan pengungsi militan Rohingya.
Data UNHCR per Mei 2024 mencatat di Indonesia sendiri terdapat 2.026 orang pengungsi Rohingya.
“Karena itu, kerja sama dengan India di bidang pertukaran informasi jaringan terorisme, khususnya yang terkait dengan Rohingya, dan capacity building dalam penindakan terorisme, diharapkan mampu meningkatkan kapasitas kedua negara dalam menanggulangi terorisme,” kata Dr. Djumala.