Kerja Sama ASEAN-Australia dalam Program Deradikalisasi dan Reintegrasi Dinilai Mampu Tekan Terorisme di Indonesia

JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyelenggarakan konferensi ke-20 ASEAN SOM on Counter Terrorism dan pertemuan ke-3 ASEAN-Australia on Counter-Terrorism Dialog di Jakarta pada 5-6 Juni 2024.

Kedua pertemuan tersebut membahas kemajuan implementasi kerja sama di bidang penanggulangan terorisme, baik internal antar-anggota ASEAN maupun antara ASEAN dan Australia.

Konferensi yang ketuai oleh Deputi Bidang Kerjasama Internasional BNPT Andhika Chrisnayudhanto dan dihadiri oleh delegasi dari negara anggota ASEAN dan Timor Leste, membahas kebijakan nasional masing-masing anggota ASEAN dalam bidang penanggulangan terorisme, terutama implementasi ASEAN Plan of Action dalam mengatasi radikalisasi dan tindakan kekerasan sesuai dengan Bali Work Plan 2019-2025.

Sementara itu, dalam forum dialog ASEAN-Australia dibahas kemajuan implementasi kerja sama ASEAN-Australia dalam program rehabilitasi dan integrasi mantan napiter dan FTFs (foreign terrorist fighters) serta program pemberdayaan remaja agar terhindar dari radikalisasi dan tindakan kekerasan. 

Saat diminta pandangannya mengenai makna konferensi tersebut, anggota Kelompok Ahli BNPT Bidang Kerjasama Internasional Dr. Darmansjah Djumala mengungkapkan dua program capacity building telah berhasil disepakati dalam pertemuan regional itu.

Kedua program itu yakni Workshop on Good Practice Approaches for the Rehabilitation and Reintegration of Foreign Terrorist Fighters and Their Families dan Workshop on Good Practice Approaches to Empower Youth and Enhance Their Capacity to Prevent the Rise of Radicalisation and Violent Extremism.

Program yang disponsori oleh Pemerintah Australia ini difokuskan pada upaya saling tukar informasi dan best practices dalam program reintegrasi, rehabilitias, deradikalisasi dan repatriasi bagi para napiter; dan membantu negara-negara anggota ASEAN dalam memberdayakan remaja agar tidak menjadi korban radikalisasi dan tindakan kekerasan. 

Dr. Djumala, yang pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Austria dan PBB yang menangani isu transnational crime dan terorisme, mengapresiasi inisiatif Australia untuk membuat program deradikalisasi dan reintegrasi napiter ke masyarakat.

Menurut dia, program itu akan mampu merangkul kembali saudara sebangsa yang pernah tersesat untuk kembali ke masyrakat dan membangun kembali kehidupannya dengan jalan yang benar.

“Dengan adanya tren keterlibatan wanita dan anak-anak dalam tindakan kekerasan dan terorisme, pemberdayaan remaja dalam program deradikaliasi dalam bentuk peningkatan keahlian teknis dalam bidang tertentu diharapkan akan menghindarkan mereka dari jebakan jalan sesat yang mengarah tindakan terorisme. Resultan dari semua program deradikalisasi antara ASEAN dan Australia ini akan mampu menekan terorisme di Indonesia secara keseluruhan,” ujar Dr. Djumala.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *