Dewan Pakar BPIP: Kunjungan Paus Fransiskus Perkuat Citra Diplomasi Indonesia

Dr Darmansjah Djumala

JAKARTA – Kedatangan Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia dan kepala negara Vatikan, membuktikan diplomasi Indonesia yang luwes dalam pergaulan internasional karena dilandaskan pada demokrasi, Islam moderat dan toleran.

“Kunjungan Paus Fransiskus sebagai kepala negara lumrah dalam pergaulan diplomatik antar negara. Tapi sebagai pemimpin umat Katolik sedunia, kunjungan beliau ke Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia tentu membuka ruang interpretasi yang luas,” kata Dr. Darmansjah Djumala, Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, Kamis (5/9/2024).

Dia menyampaikan hal itu saat diminta tanggapannya mengenai makna kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024 dalam perspektif diplomasi Indonesia.

Menurut Djumala, Indonesia dikenal dunia sebagai negara demokratis dan negara mayoritas muslim moderat. Citra inilah yang membedakan Islam di Indonesia dengan negara-negara Arab Timur Tengah yang hingga kini dilanda konflik dan perang.

“Dunia mahfum, pasca-tragedi Menara Kembar di New York 2001 sentimen politik internasional telah mengerek wacana Islam ke puncak agenda global. Barat dan Islam dihinggapi penyakit saling curiga,” kata mantan Duta Besar RI untuk Austria dan PBB ini.

Ketika dunia menatap Islam penuh curiga sebagai biang terorisme, ungkap Djumala, muslim moderat Indonesia menyampaikan pesan pada dunia bahwa masih banyak muslim di negara ini yang sangat menentang radikalisme agama.

”Moderat di sini tidak merujuk pada sikap ragu dan gamang, tetapi lebih pada cara dan pendekatan yang luwes dalam mencari solusi untuk mengatasi perbedaan,“ jelasnya.

Dia mengatakan citra Islam moderat memungkinkan Indonesia berperan sebagai jembatan (bridge builder) bagi dua pihak yang saling menyalahkan. Moderasi politik Islam Indonesia seperti inilah yang membuat dunia percaya, Islam Indonesia bukan ancaman.

“Dengan citra muslim moderat seperti ini pula, Indonesia tidak canggung dalam memainkan kiat-kiat diplomasinya melalui serangkaian interfaith dialogue, sehingga terbentuk saling pengertian antara Barat dan Islam,” kata Dosen Hubungan Internasional FISIP Unpad ini.

Djumala menambahkan, Indonesia memainkan peran diplomasinya dengan ketiga citra itu, yakni demokrasi, Islam moderat dan masyarakat toleran. Dari jejak diplomasi Indonesia selama ini, ketiga citra itu membuat Indonesia luwes dalam pendekatan tapi tegas dalam menerapkan prinsip bebas-aktif.

Di tengah suasana saling curiga akibat konflik dan perang, tuturnya, Indonesia sering memainkan peran sebagai bridge builder agar pihak-pihak yang berseteru bisa bertemu.

Diplomasi Indonesia sudah menunjukkan perannya dalam konflik Rusia-Ukraina, Israel-Palestina, penanganan Covid di tingkat dunia, konflik Rohingya dan kerja sama ekonomi di G20.

“Semua peran itu sulit bisa dilakukan jika Indonesia tak dikenal sebagai negara yang demokratis, moderat dan toleran. Dengan citra seperti itu Indonesia bisa dengan luwes berteman dengan Barat dan dunia Islam. Indonesia dengan pede bisa memposisikan dirinya dalam arus utama politik global,” kata Djumala.

Dia menyebut ketiga citra demokrasi, moderat dan toleran yang dimiliki Indonesia sejalan dengan misi kunjungan Paus ke Indonesia yakni faithfraternitycompassion (iman, persaudaraan, dan bela rasa).

“Indonesia secara ideal-normatif tentulah menghargai keberagaman dan perbedaan, sesuai dengan semboyan kebhinekaan dalam Pancasila. Misi dan nilai seperti itu juga yang diusung Paus dalam kunjungannya ke Indonesia,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Djumala, Paus Fransiskus yang ditahbiskan oleh majalah Forbes sebagai salah satu pemimpin paling berpengaruh di dunia dapat meningkatkan kepercayaan atau diplomatic credential terhadap diplomasi Indonesia.

“Sebagai pemimpin yang berpengaruh di dunia tentu suara dan nasihatnya didengar. Dengan pengaruhnya seperti itu, ketika beliau mendapatkan kesan positif terhadap Indonesia terkait dengan citra demokrasi, moderat dan toleran tadi lalu mengabarkannya pada dunia, diplomasi Indonesia akan mendapatkan tambahan diplomatic credential,” kata Djumala.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *